KIAT-KIAT DALAM
MENULIS
1. Bismillahirrahmanirrahim,. Berikut adalah kiat2 menulis
berdasarkan pengalaman menerbitkan buku.
2. Pertama, memiliki kosa kata. Sebab kata adalah bahan baku sebuah
tulisan. Semakin banyak kosa kata, semakin baik.
3.
Kosa kata didapatkan dari komunikasi pergaulan, baca buku, atau
dari kamus.
4.
Kedua, memiliki ide yang akan ditulis. Tanpa ide, tak ada
motivasi merangkai kata mengikat makna.
5.
Inti ide adalah novelty atau kebaruan. Tidak harus benar2 baru.
Bisa agak baru, setengah baru, atau seper4 baru. Pokoknya ada barunya.
6. Sesuatu yg baru itu terkait ruang & waktu. Di ruang yg satu
ia lama, di ruang lain ia baru. Di satu waktu ia lama, di waktu lain ia baru
7. Bagaimana menemukan kebaruan? Bisa karena bertambahnya
pengetahuan akan sesuatu. Bisa juga karena pengalaman.
8.
Kebaruan juga bisa didapatkan dari proses berpikir. Semakin
banyak berpikir, semakin banyak kebaruan yg muncul
9. Karena itu mestinya banyak ide yg bisa kita tulis. Kecuali kita
malas bergaul, malas bepergian, dan malas berpikir
10.
Ketiga, tuliskan ide apa adanya. Jangan berpikir seperti editor.
Tetaplah berpikir sebagai penulis.
11. Jangan pernah merangkap sebagai penulis sekaligus editor dalam
satu waktu. Pisahkan 2 peran itu
12. Penulis tugasnya menulis, editor tugasnya mengedit (memperbaiki).
Bila terpaksa merangkap, pisahkan waktunya.
13. Buku kedua saya, NQ, saya hanya menulis. Editornya seorang
jurnalis Voice of America. Keren kan,
14. Buku ketiga saya, KQ, saya yang menulis sekaligus saya yang
mengedit. Tapi waktu menulisnya beda dengan waktu mengedit.
15.
Berakit-rakit ke hulu, berenang2 ke tepian. Menulis-nulis
dahulu, mengedit-edit kemudian.
16. Apakah kalau edit diserahkan ke orang lain kita mesti bayar?
Biasanya iya. Spt buku My Dad in My Life, kumpulan cerita ayah alumni STAN
17.
Tapi bisa juga bila hubungan kita baik dgn editor, kita bisa
mendapatkan editan yang free. Seperti buku NQ saya. Itu karena hub baik.
18.
Alternatif yang jelas gak bayar ya mengedit sendiri.
19. Untuk itu perlu ketrampilan mengedit naskah. Ketrampilan dasar
mengedit yg harus kita miliki adalah membuat kalimat efektif.
20. Bila saat menulis cuekin aja kalimat efektif atau tidak, maka
saat mengedit efektif atau tidak kalimatnya perlu kita pelototin benar2.
21. Panduan menulis kalimat efektif yg saya rekomendasikan adlh buku
tipis Kalimat Efektif karangan Abdul Razak terbitan Gramedia thn 1980.
22. Buku ini sangat bagus dan telah membantu saya mngedit skripsi,
tesis, 3 buku, bahkan membantu mengedit draft novel saya Allah Itu Dekat.
23.
Masalahnya saya tidak yakin apakah buku Kalimat Efektif ini
masih ada di Gramedia. Mungkin anda bisa cari di perpustakaan terdekat
24. Tapi bisa saya share inti dari buku Kalimat Efektif itu: bahwa
kalimat kita akan efektif bila ditulis dengan variatif
25. Di situlah saya paham mengapa dulu kita diajari kalimat tunggal
dan kalimat majemuk, kalimat langsung dan kalimat tak langsung, dll.
26. Bila kalimat2 kita semuanya ditulis dengan kalimat2 tunggal,
mungkin mudah membacanya tapi jadi membosankan.
27.
Bila kalimat2 kita tulis semuanya dgn kalimat majemuk, maka kita
terlihat hebat dalam menyusunnya, tapi pembaca kesulitan tarik nafas
28. Gabungan antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk menjadikan
kalimat2 kita sbg tarian indah, yg kadang lambat dan kadang menghentak
29. Dengan panduan buku Kalimat Efektif Abdul Razak, naskah Keluarga
Qur'ani saya diterbitkan Gramedia tanpa banyak editan lagi.
30.
Saat mengedit, kita harus menjaga jarak dengan naskah kita.
Anggap saja itu naskah orang lain.
31. Jadilah pembaca naskah kita saat mengedit. Jgn jadi penulis. Shg
bila kalimatnya tdk efektif, kita tak sungkan mengeditnya jadi efektif
32.
Kadang kita senyum2 sendiri saat mengedit. Ketauan bahwa kita
suka bertele-tele menulis kalimat. Tapi it's ok bro.
33.
Saya anjurkan kita mau menjadi editor tulisan kita sendiri.
Mengapa? Karena itu berarti kita belajar banyak dari kesalahan saat menulis
34. Pengalaman dari mengedit itu akan meningkatkan kemampuan menulis
kalimat efektif. Jadi saat menulis berikutnya akan lebih baik.
35.
Itu bukan berarti saat mnulis mikirin kalimatnya sudah efektif
atau tidak. Kalau spt itu kita terjebak jabatan rangkap penulis & editor
36. Tapi biarkan alam bawah sadar kita menulis kalimat2 efektif
tanpa kita pedulikan. Nanti kita cek saat mengeditnya setelah rampung.
37.
Semakin byk kalimat yg telah efektif saat menulis, semakin
sedikit pekerjaan kita saat mengedit.
38. Tp bila kita mikirin kalimat efektif saat menulis, ya siap2
terkena jebakan rangkap penulis & editor. Bs putus asa, tulisan trbengkalai
39.
Selain variatif dalam kalimat, saat mengedit kita perlu variatif
dalam diksi, pilihan kata. Karena itu banyakin kosa katanya.
40. Juga perlu dipikirkan apakah tulisan kita sudah
"menggerakkan". Semakin bermakna yg kita tulis, semakin menggerakkan
41. Tulisan kita bermakna bila setiap kalimat yang kita tulis
memberikan kebaruan. Kalau hanya mengulang, ia kehilangan makna.
42. Pastikan bahwa tanpa paragraf tsb tulisan kita akan
"cacat". Pastikan tanpa kalimat tersebut paragraf kita akan
"cacat"
43. Itu bukan berarti bahwa kita tidak boleh melakukan pengulangan.
Pengulangan yg tepat menimbulkan penegasan. Dan itu sebuah kebaruan.
44.
Boleh jadi setelah kita edit, akan banyak paragraf yang rontok
dan banyak kalimat yang tumbang. It's ok.
45. Wah, tulisan kita jadi semakin pendek dong? Ya, gak apa2. Memang
baru bisa menulis pendek ya jangan dipaksakan panjang. Tambahin idenya
46. Seperti draft novel Allah
Itu Dekat. Setelah saya edit tahap pertama jadi tulisan pendek. Saya cari lagi
ide tambahan.
47.
Lama gak dapat ide tambahan, tiba-tiba saya bertemu seseorang.
Kami ngobrol. Ternyata ide muncul dari obrolan itu.
48.
Akhirnya draft novel Allah Itu Dekat pun bisa menjadi draft buku
yang cukup tebal.
49.
Saat mengedit naskah, jangan segan-segan untuk mengedit ulang.
Semakin kita edit ulang, semakin bagus karya kita
50.
Rupanya kita sudah masuk
kiat keempat yaitu mengedit naskah. Maaf kelupaan memberi poinnya tadi
51.
Kelima, kuasai teknik
jeda menulis untuk tulisan panjang. Lakukan jeda pada saat yang benar.
52.
Lakukan jeda sebelum suatu bagian selesai ditulis, atau sesaat
setelah masuk ke bagian berikutnya.
53.
Banyak penulis pemula terjebak berhenti pada saat akhir suatu
bagian ditulis. Itu ibarat jatuh di sebuah parit yg dalam.
54. Alih-alih bisa melanjutkan, ia justru akan kehilangan motivasi u
melanjutkan. Jadi jangan bangga bila telah mengakhiri suatu bab/bagian.
55.
Kiat mengatasinya, jeda-lah sesaat sebelum suatu bagian
diakhiri. Atau lanjutkan ke bagian brkutnya, tulis bbrp paragraf, lalu berhenti
56.
Ibarat terhalang parit, ambil ancang-ancang u melompatinya.
Setelah terlompati baru brhenti. Atau istirahat dulu bbrp meter sblum parit.
57. Dengan demikian, saat menulis terus ada azan, tinggalkan saja u
sholat. Jangan komen,"Lagi tanggung nih!"
58.
Keenam, rencanakan akhir dari tulisan anda. Caranya? Buatlah
outline. Atau setidak2nya judul bab/bagian.
59. Dgn dmkian anda bisa
menyelesaikan tulisan anda. Bila tidak direncanakan, anda akan mengakhirinya.
Ini tidak berarti tidak bisa berubah.
60. Ketika ada ide tambahan yg signifikan mengubah naskah, tulis
ulang outlinenya. Jadi berubah boleh tapi tetap terkendali.